Batam – Liburan adalah waktu untuk bersantai, namun bagi M. Rosyid — seorang jurnalis asal Jambi — liburan kali ini menyimpan makna yang jauh lebih dalam. Saat mengunjungi Kota Batam bersama keluarganya, Rosyid tanpa sengaja bertemu kembali dengan adik kelasnya semasa SMA, setelah lebih dari dua dekade berpisah.
Perjalanan dimulai sejak Minggu (22/6), ketika Rosyid beserta istri dan anak-anaknya menjelajahi destinasi wisata unggulan Batam. Hamparan pantai-pantai indah dengan pasir putih dan laut biru menjadi latar sempurna untuk melepas penat dari rutinitas jurnalistiknya. Batam yang dikenal sebagai gerbang wisata bahari, memberikan pengalaman liburan menyegarkan, ditambah kuliner khas yang menggugah selera.
Namun, kejutan sesungguhnya hadir pada Jumat (27/6), ketika Rosyid mengunjungi Panbil Mall. Di sanalah ia tanpa sengaja bertemu Waluyo, adik kelasnya semasa SMA Tri Sukses Natar, Lampung Selatan, angkatan 2004. Waluyo yang kini menetap di Batam dan berprofesi sebagai tenaga marketing properti, menyapa Rosyid dengan penuh kehangatan. Momen itu seketika membangkitkan nostalgia masa remaja yang lama tertinggal.
“Kami terakhir bertemu lebih dari 21 tahun lalu. Hari ini, Tuhan pertemukan kami kembali dengan cara yang begitu indah. Saya terharu, karena silaturahmi ini bukan hanya soal pertemanan lama, tapi juga tentang rasa syukur dan kebersamaan,” ujar Rosyid saat diwawancarai.
Keduanya melanjutkan pertemuan tersebut dengan makan bersama di restoran Ayam Cobek Juara yang ada di mall tersebut. Sambil menikmati hidangan khas dan minuman penyegar, Rosyid dan Waluyo saling berbagi cerita tentang keluarga, pekerjaan, dan mimpi-mimpi yang masih menyala.
Bagi Rosyid, momen ini adalah bukti nyata bahwa takdir bisa mempertemukan kembali dua sahabat lama di tempat dan waktu yang tak terduga. Ia percaya, silaturahmi yang dijaga adalah jalan terbuka menuju berkah umur dan kelancaran rezeki.
Liburan keluarga yang awalnya hanya untuk relaksasi, justru menjadi ruang rekoneksi dengan masa lalu, menguatkan nilai-nilai persahabatan, serta menggambarkan bahwa jalinan kemanusiaan tak lekang oleh waktu maupun jarak. (MR/red)