Diduga Terlibat Galian C Ilegal, Oknum Kades di Tanjabbar Disorot, Aparat Diminta Bertindak Tegas Danrem 043/Gatam Ziarah ke Makam Raden Inten II, Tegaskan Semangat Pembentukan Kodam Raden Inten Kodim 0419/Tanjab Terima Sertifikat Tanah Hibah untuk Koramil Betara Dukung Mobilitas Operasional Satuan, Korem 042/Gapu Terima 6 Unit Kendaraan Taktis Maung dari Kemenhan RI Polda Jambi Musnahkan 5 Kg Sabu Hasil Tangkapan di Muaro Jambi, Tiga Tersangka Diamankan

Home / Artikel

Selasa, 18 Maret 2025 - 20:39 WIB

Puasa dan Ketajaman Fokus serta Intuisi: Rahasia Pencerahan Para Nabi dan Ilmuwan

Oleh: Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.

DALAM kehidupan modern yang dipenuhi dengan berbagai distraksi digital, banyak orang berjuang untuk meningkatkan fokus dan intuisi mereka. Namun, jika kita menengok sejarah, para Nabi, ulama, dan ilmuwan besar menggunakan puasa sebagai alat utama untuk mempertajam pikiran dan mendapatkan pencerahan.

Allah SWT berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

“Bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarkan kepadamu (ilmu yang benar).” (QS. Al-Baqarah: 282)

Puasa adalah salah satu bentuk takwa yang menjadikan seseorang lebih peka terhadap ilmu dan kebenaran. Dari sisi ilmiah, puasa terbukti meningkatkan fokus, kejernihan pikiran, dan intuisi, menjadikannya alat luar biasa bagi para pemikir dan pencari kebenaran.

1. Bagaimana Puasa Meningkatkan Fokus dan Intuisi?

Fokus adalah kemampuan untuk menyaring informasi dan berkonsentrasi pada hal penting, sedangkan intuisi adalah kemampuan memahami sesuatu secara instan tanpa melalui analisis panjang.

A. Penurunan Gangguan Otak: Otak Menjadi Lebih Fokus

Saat seseorang berpuasa, terjadi perubahan signifikan dalam aktivitas listrik otak dan pola biokimia, yang memengaruhi fokus dan intuisi.

Puasa mengurangi “noise” dalam otak, yaitu aktivitas otak yang tidak perlu yang biasanya menyebabkan overthinking dan kecemasan.

Ketika tubuh tidak sibuk mencerna makanan, aliran darah ke otak meningkat, membuatnya lebih tajam dan fokus.

Studi dalam Neuroscience & Biobehavioral Reviews (2021) menunjukkan bahwa puasa meningkatkan neurotransmitter dopamin dan norepinefrin, yang:

Baca :  Kemanunggalan TNI dan Rakyat dalam TMMD ke-124 Kodim 0419/Tanjab: Bukti Nyata Bhakti untuk Negeri

✅ Meningkatkan perhatian dan daya ingat.

✅ Mengurangi gangguan mental yang memperlambat proses berpikir.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Tidak ada tempat yang lebih buruk yang dipenuhi oleh anak Adam selain perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya.” (HR. Tirmidzi)

Ini menunjukkan bahwa kejelasan mental dan fokus lebih penting daripada sekadar memenuhi keinginan fisik.

B. Peran Ketosis: Energi Murni untuk Otak

Dalam kondisi normal, otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama. Namun, saat berpuasa, tubuh masuk ke ketosis, di mana lemak diubah menjadi keton sebagai bahan bakar utama otak.

Menurut studi dalam Nature Reviews Neuroscience (2020), keton memiliki efek berikut pada otak:

✅ Meningkatkan efisiensi kognitif, membuat seseorang berpikir lebih cepat dan tajam.

✅ Mengurangi inflamasi otak, yang sering menyebabkan gangguan mental.

✅ Mengoptimalkan fungsi sel saraf, sehingga intuisi dan pengambilan keputusan lebih akurat.

Inilah sebabnya banyak ilmuwan besar seperti Ibnu Sina dan Nikola Tesla menggunakan puasa sebagai metode untuk meningkatkan kecerdasan mereka.

C. Puasa dan Intuisi: Membuka “Pintu Ilmu”

Intuisi sering disebut sebagai “insting ilmiah” atau “firasat yang benar”, yang memungkinkan seseorang memahami sesuatu tanpa perlu proses berpikir yang panjang.

Allah SWT berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ۝ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepadanya (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams: 7-8)

Baca :  Ngopi Sambil Komsos, Babinsa Solok Sipin Perkuat Sinergi dengan Warga

Bagaimana puasa meningkatkan intuisi?

Menekan ego dan keinginan duniawi, sehingga seseorang lebih peka terhadap “suara hati” atau wahyu Tuhan.

Memperkuat hubungan antara otak sadar dan alam bawah sadar, yang merupakan pusat intuisi.

Mengaktifkan gelombang otak theta, yang sering muncul dalam kondisi meditasi atau perenungan mendalam.

Inilah sebabnya para Nabi sering berpuasa sebelum menerima wahyu, seperti:

✅ Nabi Musa AS berpuasa selama 40 hari di Bukit Sinai sebelum menerima wahyu.

✅ Nabi Isa AS berpuasa sebelum menerima tugas kenabiannya.

✅ Nabi Muhammad ﷺ sering berpuasa dan melakukan tahannuts (meditasi) di Gua Hira sebelum menerima wahyu pertama.

Ketika seseorang berpuasa, ia lebih mudah masuk ke dalam kondisi khusyuk, fokus, dan peka terhadap ilham ilahi.

2. Bukti Sejarah: Para Ilmuwan dan Filosof yang Menggunakan Puasa untuk Pencerahan

Tidak hanya dalam Islam, banyak ilmuwan dan pemikir besar dalam sejarah menggunakan puasa untuk mempertajam fokus dan intuisi mereka, di antaranya:

✅ Socrates dan Plato, dua filsuf Yunani, berpuasa untuk meningkatkan kejernihan berpikir sebelum berdiskusi tentang filsafat tinggi.

✅ Nikola Tesla, ilmuwan jenius di bidang listrik, dikenal sering berpuasa untuk meningkatkan kreativitas dan menerima ide-ide revolusioner.

✅ Leonardo da Vinci, pelukis dan ilmuwan, percaya bahwa mengurangi makanan berlebihan dapat meningkatkan kreativitas dan intuisi.

Baca :  Pertandingan Persahabatan Jambi Junior FC vs Kobar FC: Ajang Sportivitas dan Pembinaan Usia Dini

Puasa telah menjadi alat utama bagi para pemikir besar sepanjang sejarah untuk mencapai pencerahan intelektual dan spiritual.

3. Kesimpulan: Puasa sebagai Kunci Fokus dan Intuisi yang Tajam

Dari perspektif Islam dan sains, puasa terbukti mampu:

✅ Meningkatkan fokus dengan mengurangi stres dan “noise” di otak.

✅ Mengoptimalkan energi otak dengan ketosis, meningkatkan kejernihan berpikir.

✅ Memperkuat intuisi, membuka pintu pemahaman yang lebih dalam.

✅ Digunakan oleh para Nabi dan ilmuwan besar untuk mencapai pencerahan.

Dalam dunia yang penuh distraksi, puasa adalah senjata rahasia yang bisa membantu kita menjadi lebih cerdas, lebih bijak, dan lebih intuitif.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.” (HR. Bukhari & Muslim)

Puasa bukan sekadar ibadah fisik, tetapi juga alat untuk membuka potensi tertinggi manusia. Dengan memahami ini, kita bisa menggunakan puasa untuk mengembangkan kejernihan berpikir, kreativitas, dan kedekatan dengan Tuhan.

Penutup

Ramadhan bukan hanya bulan menahan lapar, tetapi juga bulan untuk mengasah pikiran dan intuisi kita. Dengan menghayati manfaat ini, kita bisa menjalani puasa dengan kesadaran lebih dalam, memanfaatkan energi otak secara maksimal, dan mencapai kebijaksanaan sejati.

Semoga kita semua bisa meraih manfaat luar biasa ini dalam puasa kita. Aamiin..!

Share :

Baca Juga

Artikel

KOPI PAHIT (2): Pilkada dan Gaple Syar’i

Artikel

Mengabdi pada Dua Penguasa: Ketika Kemerdekaan Belum Sempurna

Artikel

Memaknai Program Safari Subuh Pemerintah

Artikel

Politik Uang: Ancaman Demokrasi di Pilkada Serentak 2024

Artikel

“KEKUASAAN YANG SALING SANDERA: TIJI TIBEH (Mati Siji Mati Kabeh)”

Artikel

Membaca Lansekap Jambi: Mengurai Kompleksitas, Menata Konektivitas

Artikel

Dendam Tiongkok terhadap Nusantara: Dari Konflik Majapahit hingga Infiltrasi Modern

Artikel

Paradoks Sumber Daya Alam dan Ketertinggalan Infrastruktur Pelabuhan Laut di Jambi: Jalan Terjal Menuju Kesejahteraan