Babinsa Anis Puadi Turun ke Warga Tanjung Baru, Eratkan Silaturahmi dan Perkuat Soliditas TNI–Rakyat Bangun Keakraban dan Serap Informasi, Babinsa Pasar Jambi Gelar Komsos Bersama Warga Babinsa Pelayangan Dampingi Pedagang Kaki Lima, Tertibkan Area BKR Putri Pinang Masak Babinsa Kasang Jaya Perkuat Keamanan Wilayah Lewat Komsos Malam Hari Turnamen Sepak Bola Tarkam di Mersam, Babinsa Tekankan Sportivitas dan Keamanan

Home / Opini

Minggu, 5 Oktober 2025 - 11:57 WIB

Sebuah Renungan di Usia Delapan Puluh TNI

DELAPAN puluh tahun sudah Tentara Nasional Indonesia menapak sejarah bangsa, menulis kisah perjuangan dengan tinta keberanian dan pengorbanan. Dari masa gerilya yang penuh keterbatasan hingga era digital yang serba modern, TNI tetap menjadi penjaga kedaulatan dan benteng terakhir bangsa.

Sebagai purnawirawan, saya melihat perjalanan panjang ini bukan sekadar deretan peristiwa militer, tetapi sebuah perjalanan spiritual bangsa — tentang bagaimana kesetiaan kepada tanah air menjadi nilai yang diwariskan lintas generasi. Dari medan perjuangan 1945, hingga tugas-tugas kemanusiaan masa kini, semangat TNI selalu sama: mengabdi tanpa pamrih untuk Indonesia.

Tahun 2025 ini, TNI menetapkan tema “TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju.” Tema yang lahir dari semangat zaman, namun akarnya tetap kuat menancap pada nilai luhur perjuangan. TNI Prima — Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif — adalah cerminan wajah TNI masa depan, yang siap menghadapi tantangan global, perang siber, hingga bencana alam.

Namun di balik itu semua, “TNI Rakyat” tetap menjadi ruh yang tak tergantikan. Karena dari rakyatlah TNI lahir, untuk rakyat TNI berbakti, dan bersama rakyat TNI berjuang.

Baca :  “Prabowo dan Purbaya: Membangun Indonesia Berdaulat Berdasarkan Konstitusi Asli UUD 1945 — Revolusi Ekonomi untuk Keadilan Rakyat”

Jenderal Besar Sudirman pernah berpesan, “Tentara bukan alat golongan, melainkan alat bangsa seluruhnya.” Kalimat itu bukan sekadar petuah, melainkan amanat moral yang menuntun langkah setiap prajurit. Ia mengingatkan bahwa kekuatan sejati TNI bukan pada senjata, melainkan pada kejujuran niat dan kesetiaan hati kepada bangsa dan rakyatnya.

Presiden Prabowo Subianto dalam amanat peringatan HUT ke-80 TNI juga menegaskan pesan yang sama:

“Jaga kehormatan bangsa dan rakyat, utamakan pengabdian kepada negara, dan jangan pernah mengkhianati rakyat Indonesia.”

Sebuah pesan moral yang seharusnya tertanam dalam jiwa setiap prajurit, baik yang masih aktif maupun yang telah purna tugas.

Peringatan HUT ke-80 TNI bukan hanya seremonial dengan upacara, defile, pameran alutsista, atau manuver pesawat tempur yang memukau. Di balik semua kemegahan itu, tersimpan makna yang jauh lebih dalam: renungan atas pengabdian dan pengorbanan yang tak pernah berhenti.

Baca :  66 Tahun PEPABRI: Menjaga Api Perjuangan, Membangun Masa Depan Bangsa

TNI bukan sekadar institusi pertahanan, tetapi simbol keteguhan bangsa yang berdiri di atas semangat gotong royong, disiplin, dan cinta tanah air.

Bagi kami, yang sudah purna, usia delapan puluh tahun ini adalah saat yang tepat untuk menundukkan kepala dan bersyukur. Kami melihat TNI hari ini sebagai wujud dari mimpi para pendahulu yang telah menanamkan nilai-nilai kejuangan sejak masa revolusi. Kami bangga melihat generasi muda TNI kini tampil gagah dengan seragam PDL baru yang mencerminkan kebanggaan dan profesionalisme.

Namun kebanggaan itu harus diimbangi dengan tanggung jawab moral. Karena TNI yang kuat bukan hanya diukur dari modernitas persenjataan, tetapi dari keteguhan nurani dan kesetiaan pada rakyat. Di sinilah makna sejati semboyan “Bersama Rakyat TNI Kuat” menemukan relevansinya.

Saya percaya, semangat perjuangan itu tak akan pernah padam.

Perjuangan memang bisa berganti bentuk — dari medan perang menjadi medan pengabdian sosial, dari senjata menjadi keteladanan, dari barak menjadi ruang-ruang kebangsaan.

Baca :  Babinsa Sertu Erpan Jalin Komsos Santai Bersama Perangkat Desa Panca Bakti

Namun esensinya tetap satu: mengabdi kepada Indonesia dengan hati yang ikhlas.

TNI telah menjadi bagian dari denyut kehidupan bangsa ini selama delapan dekade. Ia lahir dari penderitaan, tumbuh bersama rakyat, dan matang dalam pengabdian. Di usia ke-80 ini, kita diajak merenung sejenak — bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini bukan hadiah, tetapi hasil dari perjuangan yang panjang dan tak kenal lelah.

Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk terus mendoakan TNI agar tetap kuat, profesional, dan dicintai rakyat.

Kita juga berdoa bagi para pahlawan dan prajurit yang telah gugur dalam tugas — semoga Allah SWT menerima amal baktinya dan menempatkan mereka di tempat terbaik di sisi-Nya.

TNI boleh berganti generasi, tapi semangat juangnya abadi.

Dan kami, para purnawirawan, akan terus berdiri bersama TNI menjaga Indonesia.

Dirgahayu ke-80 Tentara Nasional Indonesia.

Teruslah jaga negeri ini dengan cinta, dengan doa, dengan jiwa.

Penulis: Letkol (Purn) Firdaus

Share :

Baca Juga

Opini

Mengungkap Fakta Ilmiah: Jakarta Tenggelam karena Penurunan Tanah, Bukan Abrasi..!

Opini

KEPEMIMPINAN EFEKTIF DI ERA DIGITAL

Opini

Semua Berlalu dengan Begitu Saja

Opini

Pengamat Militer Khairul Fahmi : Kejanggalan Dibalik Drama Penyanderaan Pilot Susi Air

Opini

Ruang Publik di Kota Jambi ‘Melupakan’ [atau] Bahasa Indonesia Tidak Indah Untuk Diucapkan?

Opini

Silaturahmi Tak Terduga: Jurnalis Rosyid Temukan Sahabat Lama di Tengah Liburan Keluarga ke Batam

Opini

“Manifesto Kebangsaan”: Sebuah Jalan Terang Menuju Indonesia Adil, Makmur, dan Berdaulat

Opini

Ini Budi, Balai Perjuangan dan Spirit Kemenangan Budi Setiawan Bersama Rakyat Jambi (1)