Hari Ulang Tahun ke-66 Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI-Polri (PEPABRI) yang jatuh pada 12 September 2025 mendatang hadir sebagai momen refleksi sekaligus pengingat bagi bangsa bahwa perjuangan tidak berhenti di medan perang. Tema tahun ini, “Menjaga Api Perjuangan, Membangun Masa Depan Bangsa,” menegaskan pentingnya peran moral purnawirawan dalam mengawal integritas dan kepemimpinan bangsa di tengah dinamika politik dan sosial yang semakin kompleks.
PEPABRI lahir dari pengalaman historis para pejuang yang telah mengangkat senjata demi kemerdekaan. Mereka memilih melanjutkan pengabdian melalui jalur sosial, budaya, dan politik, menyadari bahwa pertarungan membangun bangsa tidak kalah beratnya dibandingkan peperangan fisik. Kini, tantangan yang dihadapi bangsa bukan lagi kolonial bersenjata, melainkan ketimpangan ekonomi, degradasi moral, dan berkurangnya kepercayaan publik terhadap lembaga negara.
PEPABRI adalah singkatan dari Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri, organisasi mandiri yang menghimpun pensiunan TNI dan Polri serta janda/duda (warakawuri) dari mereka. Organisasi ini berfungsi sebagai wadah silaturahmi, menjaga kekompakan, dan menjadi inspirasi bagi generasi muda, serta berperan sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan nasional. Keberadaan PEPABRI menegaskan bahwa pengabdian kepada bangsa tidak mengenal masa pensiun; moral dan integritas yang diwariskan oleh para pendiri republik harus terus dijaga.
Ketua DPD PEPABRI Provinsi Jambi, Kolonel (Purn) Bunadi, menekankan pentingnya anggota PEPABRI untuk tetap memegang teguh nilai-nilai Sapta Marga dan Tribrata, serta Pepabri, sambil senantiasa peduli dan berjuang untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. “Dalam mengawal perjalanan bangsa ini menuju cita-cita nasional, kita memiliki kewajiban moral untuk mengawal perjalanan pemerintahan terpilih pada 2024 hingga selesai, yaitu pemerintahan Prabowo,” ujarnya.
Sejumlah sesepuh tokoh purnawirawan TNI dan Polri serta Warakawuri mengingatkan bahwa moto “Sekali Pejuang Tetap Pejuang, Sekali Prajurit Tetap Prajurit, Sekali Bhayangkara Tetap Bhayangkara” bukan sekadar simbolik. Moto ini mencerminkan bahwa pengabdian kepada bangsa harus terus dihidupkan, terutama dalam menjaga kedaulatan moral bangsa di tengah arus kepentingan politik yang kadang mengaburkan nilai-nilai etika dan integritas.
Dalam konteks sosial-politik saat ini, Pepabri memiliki posisi unik sebagai pengawas moral. Keberanian organisasi ini untuk menegur dan mengingatkan baik pemerintah maupun masyarakat menjadi cermin bahwa perjuangan kemerdekaan bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal keteguhan prinsip dan tanggung jawab kolektif terhadap masa depan bangsa. PEPABRI berperan sebagai jangkar moral, memastikan bahwa sejarah bangsa tidak disederhanakan menjadi nostalgia semata, tetapi menjadi panduan nyata bagi generasi muda untuk memahami arti pengabdian sejati.
Bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan arah. Api perjuangan yang diwariskan pendiri republik hanya akan terus menyala jika dijadikan cahaya penuntun menuju masa depan yang adil, berdaulat, dan bermartabat. Peringatan HUT ke-66 PEPABRI bukan sekadar seremoni, melainkan momentum bagi seluruh anggota dan masyarakat untuk merefleksikan makna pengabdian, moral, dan integritas dalam membangun bangsa. (JT54)
Penulis: Letkol (Purn) Firdaus