Di tengah perubahan zaman dan dinamika sosial yang terus bergerak cepat, satu hal yang tak boleh lekang adalah semangat kebersamaan dan etika berorganisasi. Bagi para purnawirawan TNI dan Polri yang tergabung dalam keluarga besar PEPABRI (Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI-Polri), panggilan untuk terus menjaga persatuan dan kehormatan organisasi menjadi tugas moral yang tak boleh dilupakan.
Tak semua dari kita mungkin berdiri di garda depan organisasi. Tak semua memiliki kapasitas untuk langsung memperbaiki keadaan, menyusun program, atau memberi solusi. Tapi ada satu hal yang bisa dimiliki semua orang: sikap bijak dan etika dalam berorganisasi.
Di sinilah nilai luhur kearifan lokal Jambi menyumbangkan satu kalimat emas: “Dak biso eloki, jangan ngerusak.” Artinya sederhana, tapi sarat makna: jika belum bisa memperbaiki, maka jangan ikut merusak.
Di tengah hiruk-pikuk aspirasi dan pendapat dalam tubuh organisasi, prinsip ini menjadi pegangan yang menyejukkan. Perbedaan pandangan adalah hal biasa. Namun menyulut api konflik, menebar prasangka, hingga menjatuhkan martabat institusi sendiri adalah jalan buntu yang menodai pengabdian kita di masa lalu.
PEPABRI bukan tempat adu gengsi antara masa lalu TNI dan Polri. PEPABRI adalah rumah bersama, tempat kita melepas semua atribut sektoral untuk bersatu demi Merah Putih. Di sini, tidak ada tempat bagi caci maki, provokasi, atau adu kekuasaan yang justru menjauhkan kita dari nilai-nilai juang yang dulu kita bela bersama.
Kita semua adalah saksi sejarah bangsa. Kita pernah mengabdi, berkeringat, bahkan menantang maut demi tegaknya kedaulatan. Maka alangkah indahnya jika di masa purnawira ini, kita terus membawa nilai-nilai perjuangan itu dalam wajah yang lebih arif: semangat membina, bukan menghina; semangat membangun, bukan menjatuhkan.
Menjaga organisasi bukan berarti harus selalu menjadi pemimpin, orator, atau pemilik ide cemerlang. Kadang cukup dengan satu sikap: menjaga suasana tetap rukun, tidak menambah beban, dan terus menyemai semangat kekeluargaan.
“Kalau belum bisa jadi pelopor, jadilah penjaga semangat yang tak mudah padam.”
Mari kita jadikan PEPABRI sebagai teladan etika berorganisasi di tengah masyarakat. Tempat kita tetap memberi arti, bukan sekadar bernostalgia. Karena menjadi purnawirawan bukan berarti berhenti berjuang. Kita masih dibutuhkan—sebagai panutan, sebagai pemersatu, sebagai pengingat nilai-nilai luhur kebangsaan.
Bangsa ini sedang menatap masa depan, dan kita tetap punya peran—walau tanpa seragam, tanpa pangkat di pundak. Yang kita bawa sekarang adalah kehormatan. Dan kehormatan itu tidak bisa dibeli—ia hanya bisa dijaga.
Karena PEPABRI bukan milik satu orang, tapi milik kita semua. Mari jaga marwah rumah kita bersama ini, dengan semangat, dedikasi, dan jiwa kesatria seperti dulu kita berdiri untuk bangsa. (JT54)
Penulis: Letkol (Purn) Firdaus