Jambi — Tidak semua keluarga harus terikat oleh darah. Di Pepabri Kota Jambi, ikatan batin terjalin kuat oleh sejarah, pengabdian, dan semangat perjuangan yang tak pernah usang dimakan waktu. Meski tak lagi berseragam dinas, para purnawirawan ini membuktikan bahwa solidaritas dan kepedulian bukanlah warisan masa lalu—melainkan nilai hidup yang terus menyala.
Kisah mengharukan ini bermula dari sebuah pesan singkat melalui WhatsApp Grup BSPP (Bantuan Sosial Peduli Purnawirawan), sdr Maulana, seorang anggota Pepabri, mengabarkan bahwa istrinya tengah dirawat di RS DKT, ruang Wira Sakti 07, dan memohon doa dari sahabat seperjuangannya. Tak butuh waktu lama, pesan itu menjadi panggilan jiwa bagi sesama anggota.
Mayor Purn Arifan merespons dengan tenang, “Semoga lekas sembuh istri bapak. Aamiin.” Sementara Lukman Hakim menyusul dengan doa-doa yang tulus dan menyentuh, “Ya Allah, Tuhan Yang Maha Penyembuh, angkatlah segala penyakit yang diderita oleh istri saudara kami Maulana. Berikan kesembuhan yang sempurna… Aamiin ya Rabbal ‘alamin.”
Tapi semangat prajurit tak berhenti di kata. Keesokan paginya, Senin, 9 Juni 2025, Tim Besuk BSPP Pepabri Kota Jambi bulan Juni yang dipimpin Kapten (Purn) Abdul Leman turun langsung ke rumah sakit. Kunjungan yang penuh empati dan semangat kebersamaan itu menjadi wujud nyata dari semboyan tak tertulis mereka: sekali prajurit, tetap saudara.
“Kami datang bukan sekadar membesuk, tapi menyampaikan pesan moral bahwa kita ini satu keluarga besar. Kalau satu sakit, yang lain ikut merasa. Kunjungan ini adalah bentuk nyata dari kepedulian dan persaudaraan kami di Pepabri,” ujar Kapten (Purn) Abdul Leman usai kunjungan ke RS DKT.
Gunawan Ery, yang juga Sekretaris Pepabri Kota Jambi, memberi apresiasi penuh makna. “Terima kasih kawan, sudah mewakili rekan-rekan Pepabri. Semoga menjadi obat paten bagi yang sakit.”
Lebih dari sekadar organisasi, Pepabri Kota Jambi menjadi rumah kedua bagi anggotanya. Obrolan hangat dan penuh semangat terus berlangsung di grup komunikasi mereka. Eddy Suyono mengingatkan bahwa purnawirawan bukan berarti berhenti berjuang. “Kendati sudah pensiun, jiwa dan hati kita tetap prajurit. Hidup Purnawirawan!”
Machsun pun menguatkan dengan pesan persatuan. “Seperti sapu lidi, kita kuat kalau bersatu. Jangan biarkan perbedaan meretakkan kekompakan kita.”
Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara purnawirawan TNI dan Polri untuk menjaga keharmonisan sosial di tengah masyarakat. Sementara itu, Purn Suyato menyumbang pesan ringan namun dalam makna: “Pikiran positif dan selalu ceria. Murah senyum, hidup bahagia.”
Tak hanya menjaga komunikasi dan kebersamaan, para purnawirawan ini juga menjaga moral kolektif satu sama lain. Dari grup WhatsApp hingga ruang rumah sakit, dari kata hingga aksi, mereka menunjukkan bahwa nilai-nilai kejuangan tak pernah pensiun.
“Semoga kegiatan ini bisa menjadi obat mujarab, dan yang sakit segera sembuh seperti sediakala,” tutup Gunawan Ery dengan penuh harap.
Dalam dunia yang terus berubah, kisah ini adalah pengingat bahwa kekuatan sejati tak selalu terlihat di garis depan, melainkan di ruang-ruang sunyi tempat rasa peduli dan solidaritas tumbuh subur. Pepabri Kota Jambi telah menunjukkan, bahwa meski telah purna, semangat juang dan kebersamaan tetap hidup selamanya.**)