Oleh : Letkol (Purn) Firdaus
Tanggal 20 Mei bukan sekadar angka dalam kalender nasional. Ia adalah penanda lahirnya sebuah kesadaran baru, semangat baru, dan tekad bersama untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) menjadi monumen historis bagi bangsa Indonesia — tentang bagaimana sebuah bangsa yang tercerai-berai oleh penjajahan dan perbedaan, bangkit menjadi satu dalam semangat persatuan dan kemerdekaan.
Awal yang Menggetarkan: Boedi Oetomo dan Kesadaran Kebangsaan
Pada 20 Mei 1908, organisasi Boedi Oetomo lahir dari rahim para pemuda terdidik di STOVIA, dipelopori oleh dr. Soetomo. Organisasi ini bukan partai politik, melainkan gerakan moral dan intelektual. Mereka tidak mengangkat senjata, melainkan mengangkat pena, ilmu, dan semangat kolektif untuk membangun Indonesia.
Untuk pertama kalinya, anak bangsa berbicara tentang cita-cita bersama, tentang persatuan lintas suku dan agama. Di sinilah kesadaran sebagai bangsa Indonesia mulai tumbuh. Dari Boedi Oetomo, menyusul munculnya organisasi lain seperti Sarekat Islam, Indische Partij, dan kemudian Sumpah Pemuda 1928 yang memperkuat fondasi nasionalisme.
Kebangkitan yang Tak Pernah Padam
Pada tahun 1948, di tengah situasi revolusi mempertahankan kemerdekaan, Presiden Soekarno menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Penetapan ini bukan hanya penghormatan terhadap masa lalu, tetapi juga pemantik semangat perjuangan masa kini dan masa depan.
Kini, lebih dari seabad kemudian, pertanyaan besar muncul: Apakah semangat kebangkitan itu masih menyala dalam dada kita?
Jawabannya harus: Ya! Namun bentuknya berbeda. Dulu melawan penjajahan fisik, kini kita melawan kebodohan, korupsi, intoleransi, kemiskinan, disinformasi, dan ketertinggalan teknologi. Musuh kita kini tidak tampak dalam bentuk kolonialisme, tetapi dalam bentuk ketidakpedulian, keacuhan, dan hilangnya rasa memiliki terhadap negeri ini.
Bangkit dalam Arus Zaman: Makna Harkitnas di Era Modern
Di era Revolusi Industri 4.0 dan masyarakat 5.0, kebangkitan nasional memiliki wajah baru: kebangkitan sumber daya manusia yang unggul, melek digital, tangguh secara mental, dan adaptif terhadap perubahan.
Peringatan Harkitnas bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi refleksi mendalam atas posisi kita sebagai bangsa:
Apakah pendidikan kita sudah membebaskan dan mencerdaskan?
Apakah teknologi kita dikuasai oleh anak bangsa sendiri?
Apakah generasi mudanya punya karakter kuat dan cinta tanah air?
Kebangkitan nasional hari ini adalah membangkitkan karakter, etos kerja, semangat gotong royong, dan integritas. Dalam istilah Ki Hajar Dewantara: “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”
Pesan Para Tokoh: Api yang Tak Pernah Padam
Beberapa tokoh bangsa telah mewariskan pesan-pesan penting yang menjadi pelita bagi perjalanan kebangkitan kita:
Dr. Soetomo: “Hanya bangsa yang menghargai pahlawannya dapat menjadi bangsa yang besar.”
Jangan pernah lupakan sejarah dan para pejuang.
Bung Karno: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri.”
Sejarah adalah jati diri dan kekuatan bangsa.
Presiden Prabowo Subianto: “Bangkitnya Indonesia tidak bisa ditunda lagi. Kita harus kuat secara ekonomi, teknologi, dan pertahanan demi masa depan anak-anak kita.”
Kebangkitan hari ini bersifat strategis, bukan pilihan.
Ki Hajar Dewantara: “Ing ngarsa sung tulada…”
Kepemimpinan sejati adalah teladan yang membangkitkan potensi orang lain.
Menuju Indonesia Emas 2045: Bangkit Sekarang!
Tema Harkitnas 2025, “Bangkit untuk Indonesia Emas”, adalah panggilan suci untuk mempersiapkan 100 tahun kemerdekaan Indonesia di tahun 2045. Kita ingin berdiri sejajar dengan bangsa maju di dunia: berdaulat, mandiri, dan berkepribadian dalam budaya.
Untuk itu, kebangkitan harus dimulai dari hal-hal kecil: dari kesadaran menjaga lingkungan, membaca buku, membantu sesama, hingga menanamkan kejujuran di setiap tindakan. Dari ruang kelas hingga ruang kabinet, dari ladang hingga laboratorium, setiap anak bangsa punya peran dalam kebangkitan ini.
Penutup: Mari Bangkit Bersama
Hari Kebangkitan Nasional adalah api perjuangan yang diwariskan, bukan untuk dikenang saja — tapi untuk diteruskan. Kita adalah generasi penerus yang dititipi harapan besar. Jangan padamkan api itu. Jangan abaikan panggilan sejarah ini.
Bangkitlah, Indonesiaku!
Bersatulah, Bekerjalah, dan Majulah menuju Indonesia Emas 2045!