Babinsa Anis Puadi Turun ke Warga Tanjung Baru, Eratkan Silaturahmi dan Perkuat Soliditas TNI–Rakyat Bangun Keakraban dan Serap Informasi, Babinsa Pasar Jambi Gelar Komsos Bersama Warga Babinsa Pelayangan Dampingi Pedagang Kaki Lima, Tertibkan Area BKR Putri Pinang Masak Babinsa Kasang Jaya Perkuat Keamanan Wilayah Lewat Komsos Malam Hari Turnamen Sepak Bola Tarkam di Mersam, Babinsa Tekankan Sportivitas dan Keamanan

Home / Opini

Rabu, 1 Oktober 2025 - 10:32 WIB

Jejak Hitam PKI: Dari Sumur Neraka ke Lubang Buaya, Lalu Menjelma Jadi Komunisme Gaya Baru

Oleh : Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.

Kronologi Berdarah PKI: Fakta Sejarah yang Tak Boleh Terlupakan*

31 Oktober 1948
Muso, tokoh besar PKI, dieksekusi di Desa Niten, Ponorogo. Sementara MH Lukman dan Nyoto melarikan diri ke Republik Rakyat Tiongkok.

Akhir November 1948
Seluruh pimpinan PKI Muso ditangkap atau tewas. Daerah-daerah yang sempat dikuasai PKI berhasil direbut kembali: Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lainnya.

19 Desember 1948
Belanda melancarkan Agresi Militer Kedua ke Yogyakarta.

1949
Meski penuh darah, PKI tetap tidak dilarang. Tahun ini menjadi awal rekonstruksi PKI hingga tumbuh subur kembali menjelang 1965.

Awal Januari 1950
Pemerintah RI bersama rakyat membongkar 7 _Sumur Neraka PKI_ di Madiun. Di Sumur Soco I ditemukan 108 kerangka mayat (68 dikenali, 40 tidak), di Soco II ditemukan 21 kerangka mayat. Korban adalah ulama, tokoh masyarakat, hingga pejabat daerah.

1950
PKI menerbitkan kembali _Harian Rakyat_ dan _Bintang Merah_.

6 Agustus 1951
Gerombolan PKI menyerang Asrama Brimob Tanjung Priok, merampas senjata api.

1951
DN Aidit memimpin PKI, didukung Soekarno. Lukman dan Nyoto kembali dari Tiongkok.

1955
PKI ikut Pemilu pertama, masuk empat besar setelah Masyumi, PNI, dan NU.

8–11 September 1957
Kongres Alim Ulama di Palembang mengharamkan ideologi komunis dan mendesak Soekarno membubarkan PKI. Soekarno menolak.

1958
Kedekatan Soekarno–PKI memicu pemberontakan di Sumatera dan Sulawesi. Masyumi dituduh terlibat karena anti-PKI.

Baca :  Babinsa Tanjung Raden Hadiri Resepsi Pernikahan Warga, Wujudkan Kedekatan TNI dan Rakyat

15 Februari 1958
Deklarasi PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia). Pemberontakan berhasil dipadamkan.

11 Juli 1958
Aidit hadir di Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.

Agustus 1959
TNI berusaha menggagalkan kongres PKI, tapi Soekarno justru mendukung.

1960
Soekarno meluncurkan NASAKOM. PKI makin kokoh dalam pemerintahan.

17 Agustus 1960
Keppres No.200 membubarkan Masyumi dengan tuduhan terlibat PRRI.

1960 (Laporan AS)
PKI tercatat memiliki 2 juta anggota.

Maret 1962
Aidit dan Nyoto diangkat sebagai menteri penasehat.

April 1962
Kongres PKI kembali digelar.

1963
PKI memprovokasi konfrontasi dengan Malaysia. Mereka mengusulkan _Angkatan Kelima_ (buruh dan tani bersenjata).

10 Juli 1963
Keppres No.139 membubarkan GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia).

1963
Sejumlah ulama ditangkap: KH Buya Hamka, KH Isa Anshari, KH Mukhtar Ghazali, KH Soleh Iskandar, KH Ghazali Sahlan, KH Dalari Umar, dll.

Desember 1964
Chaerul Saleh (Partai Murba) memperingatkan PKI menyiapkan kudeta.

6 Januari 1965
Keppres No.1/KOTI/1965 membekukan Partai Murba.

13 Januari 1965
Pemuda Rakyat dan BTI menyerang pelatihan PII di Kediri, menyiksa peserta, melecehkan wanita, merobek mushaf Al-Qur’an.

Awal 1965
PKI menjadi partai komunis terkuat di luar Uni Soviet dan Tiongkok (3 juta anggota, ormas: SOBSI, Gerwani, Pemuda Rakyat, BTI, LEKRA, HSI).

14 Mei 1965
Kasus Bandar Betsi, Sumut: PKI membunuh Pelda Sudjono.

Juli 1965
PKI latih 2000 anggotanya di Halim dengan alasan bela negara.

Baca :  Arab Saudi Beralih ke Naga Timur: Perjanjian Nuklir Saudi–Pakistan Tunjukkan Lindungan Tiongkok, Gugurkan Dominasi Amerika di Timur Tengah

21 September 1965
Keppres No.291 membubarkan Partai Murba.

30 September 1965 (pagi)
Pemuda Rakyat dan Gerwani demo besar di Jakarta.

30 September 1965 (malam)
G30S/PKI pecah. 6 jenderal dibunuh dan dimasukkan ke Lubang Buaya, bersama Kapten Pierre Tendean, Aiptu Karel Satsuitubun, dan Ade Irma Suryani Nasution yang akhirnya wafat.

1 Oktober 1965
PKI bunuh Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiono di Yogya.

2 Oktober 1965
Soeharto ambil alih TNI, merebut Halim. Kudeta gagal.

6 Oktober 1965
Rapat kabinet, PKI berusaha melegalkan G30S. Ditolak. Nyoto ditangkap.

13 Oktober 1965
Anshor NU gelar aksi anti-PKI di seluruh Jawa.

18 Oktober 1965
Tragedi Cemetuk, Banyuwangi: 62 pemuda Anshor diracun dan dibantai PKI.

19 Oktober 1965
Bentrok Anshor–PKI merebak di Jawa.

11 November 1965
PNI vs PKI bentrok di Bali.

22 November 1965
DN Aidit ditangkap, diadili, dan dihukum mati.

Desember 1965
Aceh dinyatakan bersih dari PKI.

11 Maret 1966
Supersemar terbit, memberi wewenang kepada Soeharto.

12 Maret 1966
PKI resmi dilarang.

April 1966
SOBSI (organisasi buruh PKI) dibubarkan.

13 Februari 1966
Soekarno masih membela PKI dalam pidato di Senayan.

5 Juli 1966
TAP MPRS No.XXV/1966 membubarkan PKI & melarang komunisme.

Desember 1966
Sudisman ditangkap, dihukum mati 1967.

1967–1968
Sisa PKI bersembunyi di Blitar Selatan. Serangan terhadap kader NU menewaskan 60 orang. TNI menyerbu, persembunyian PKI hancur.

1968–1998 (Orde Baru)
PKI dan semua organisasinya dilarang total.

Baca :  Sebuah Renungan di Usia Delapan Puluh TNI

1998–2015 (Reformasi)
Eks PKI bebas, sebagian justru membalikkan fakta sejarah, memposisikan diri sebagai korban.

Komunisme Gaya Baru: Menjelma di Era Kini

Sejarah menunjukkan: PKI bukan sekadar partai, tapi mesin ideologi penuh darah. Namun pasca-Reformasi, wajah komunisme tak lagi frontal. Mereka muncul dengan “kemasan baru” – disebut *Komunisme Gaya Baru (KGB)*.

Ciri-cirinya hari ini :

Menjelma dalam ormas & partai politik dengan wajah modern, memakai jargon keadilan sosial tapi dengan pola lama: agitasi & infiltrasi.

Menghalalkan kebohongan demi kekuasaan. Berjanji manis, tapi membiarkan rakyat semakin miskin.

Membuat jebakan kasus hukum untuk menjatuhkan tokoh bangsa yang dianggap lawan.

Menciptakan ketakutan & adu domba antar anak bangsa, sama persis seperti pola 1948 & 1965.

Memutarbalikkan sejarah di media sosial agar generasi muda lupa bahwa PKI pernah mengkhianati bangsa.

Gejala ini semakin terang benderang: gaya lama tapi dikemas baru. Itulah mengapa generasi muda harus cerdas membaca tanda zaman.

Penutup: Peringatan untuk Generasi Muda

Sejarah panjang dari Sumur Soco (1948) hingga Lubang Buaya (1965) bukan dongeng. Itu fakta darah dan air mata bangsa. Kini, saat komunisme bertransformasi menjadi Komunisme Gaya Baru, kewaspadaan generasi muda adalah kunci.

Jangan biarkan sejarah berulang. Jangan terjebak propaganda. Ingatlah: komunis bisa berganti wajah, tapi tidak akan pernah berganti watak.

Share :

Baca Juga

Opini

“Langit Asia Bergejolak: Jet Tempur India Gugur di Tangan Senjata Cina – Dunia Menyaksikan Lahirnya Keseimbangan Peradaban Baru..!”

Opini

Dampak Dekotomi Militer dan Sipil di Indonesia: Antara Reformasi dan Kehilangan Keseimbangan Bernegara

Opini

“Prabowo dan Purbaya: Membangun Indonesia Berdaulat Berdasarkan Konstitusi Asli UUD 1945 — Revolusi Ekonomi untuk Keadilan Rakyat”

Opini

“Netralitas Strategis Indonesia di Tengah Krisis Iran-Israel: Menghindari Polarisasi Global dan Menjaga Ketahanan Nasional”

Daerah

Pengamat Ungkap Sosok Budi Setiawan yang Humble Serta Punya Daya Juang Tinggi

Opini

Problema Batubara

Opini

Abraham Samad dan Mantan Pimpinan KPK Laporkan Dugaan Korupsi Agung Sedayu Group terkait Pemagaran Laut PIK 2

Opini

Media Massa Bagi Kepentingan Calon Kepala Daerah