Diduga Terlibat Galian C Ilegal, Oknum Kades di Tanjabbar Disorot, Aparat Diminta Bertindak Tegas Danrem 043/Gatam Ziarah ke Makam Raden Inten II, Tegaskan Semangat Pembentukan Kodam Raden Inten Kodim 0419/Tanjab Terima Sertifikat Tanah Hibah untuk Koramil Betara Dukung Mobilitas Operasional Satuan, Korem 042/Gapu Terima 6 Unit Kendaraan Taktis Maung dari Kemenhan RI Polda Jambi Musnahkan 5 Kg Sabu Hasil Tangkapan di Muaro Jambi, Tiga Tersangka Diamankan

Home / Artikel

Senin, 27 Januari 2025 - 17:04 WIB

PENJELASAN ILMIAH BERDASARKAN TEORI HIDRO-OSEANOGRAFI

Laksma TNI (Purn.) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.

Laksma TNI (Purn.) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.

Oleh : Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.

(Sorveyor Class “A” Hydro Osenagrafi — By: IHO).

Pulau Jawa Maju ke Utara: Fenomena Geomorfologi Berdasarkan Data Empiris

Dalam kajian *Hidro-Oseanografi*, fenomena pergerakan Pulau Jawa ke arah utara sekitar *2 cm per tahun* telah dikonfirmasi melalui berbagai penelitian geologi dan oseanografi. Fenomena ini disebabkan oleh *proses alami sedimentasi di bagian Utara serta abrasi di bagian Selatan* akibat perbedaan karakteristik perairan.

1. *Abrasi di Selatan Pulau Jawa*:

• Samudera Hindia, yang memiliki luas sangat besar dan langsung berbatasan dengan Antartika, menciptakan *gelombang laut yang kuat* dan *arus laut yang deras*, termasuk arus dari selatan ke utara akibat pengaruh *Arus Ekman dan Arus Geostropik*.

• Kedalaman Samudera Hindia yang mencapai *9.000 meter* menyebabkan daya dorong gelombang laut ke pantai selatan sangat kuat, mengikis garis pantai secara terus-menerus.

• Proses abrasi ini diperkuat dengan adanya *fenomena tektonik*, di mana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa, menyebabkan pergerakan vertikal dan horizontal yang mempercepat abrasi.

Baca :  Danrem 042/Gapu Hadiri Bakti Kesehatan Hari Bhayangkara ke-79: Sinergi Nyata untuk Rakyat

2. *Pendangkalan di Utara Pulau Jawa*:

• Laut Jawa adalah *perairan tertutup*, dengan kedalaman rata-rata *kurang dari 100 meter*, sehingga energi gelombang dan arusnya lebih rendah dibandingkan Samudera Hindia.

• Laut ini menerima *sedimen besar* dari sungai-sungai besar di Pulau Jawa, seperti Sungai Ciliwung, Bengawan Solo, dan Brantas. Akibatnya, terjadi *proses sedimentasi yang mempercepat pendangkalan perairan utara*.

• Proses ini telah dikonfirmasi oleh berbagai penelitian batimetri yang menunjukkan *peningkatan elevasi dasar laut di kawasan utara Jawa dalam beberapa dekade terakhir*.

*Bantahan terhadap Klaim Abrasi di Utara Pulau Jawa*

Beberapa pihak mengklaim bahwa wilayah utara Pulau Jawa, khususnya di sekitar PIK 2 (Pantai Indah Kapuk), mengalami abrasi, sehingga memerlukan reklamasi atau pemagaran laut sejak tahun 1982. Namun, klaim ini *tidak memiliki dasar ilmiah* jika dibandingkan dengan data empiris berikut :

1. *Data Batimetri dan Penginderaan Jauh*

• Studi citra satelit dan data batimetri menunjukkan bahwa wilayah utara Jakarta *mengalami sedimentasi, bukan abrasi*. Hal ini terbukti dari bertambahnya luas daratan akibat *endapan lumpur dan pasir* yang berasal dari muara sungai.

Baca :  TNI Bangun Jalan Desa dalam Program TMMD

• Citra Landsat sejak tahun 1980-an menunjukkan adanya perubahan garis pantai yang *cenderung maju ke utara*, bukan mundur akibat abrasi.

2. *Analisis Gelombang dan Arus Laut*

• Di wilayah utara Jakarta, energi gelombang sangat lemah dibandingkan dengan wilayah selatan Pulau Jawa.

• *Gelombang dan arus di Laut Jawa bersifat tenang*, sehingga tidak cukup kuat untuk menyebabkan abrasi besar.

3. *Rekayasa Klaim Pemagaran Sejak 1982*

• Jika benar ada pagar laut sejak tahun 1982, maka harus ada bukti dokumentasi resmi atau data geospasial yang menunjukkan struktur tersebut.

• Faktanya, *tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini*, sementara peta batimetri menunjukkan bahwa wilayah tersebut justru mengalami pendangkalan akibat sedimentasi alami.

• Jika wilayah tersebut dulunya adalah daratan, maka seharusnya ada *catatan historis, topografi, dan peta lama* yang membuktikan bahwa daerah itu mengalami abrasi. Namun, bukti tersebut tidak ditemukan.

Baca :  Satgas Yonif 641/Bru Gelar Bhakti Sosial di Papua Pegunungan, Warga Sambut Haru dan Penuh Syukur

4. *Reklamasi dan Kepentingan Bisnis*

• Berdasarkan analisis pola reklamasi, kawasan Pantai Indah Kapuk dan sekitarnya lebih cenderung merupakan hasil dari *reklamasi buatan, bukan akibat abrasi yang kemudian ditimbun kembali*.

• Pemagaran laut yang dilakukan di PIK 2 lebih terkait dengan *kepentingan bisnis properti dan komersial* dibandingkan alasan abrasi alamiah.

*Kesimpulan*

Dari berbagai data empiris yang ada, klaim bahwa wilayah utara Jakarta mengalami abrasi *tidak didukung oleh fakta ilmiah*. Justru, yang terjadi adalah *pendangkalan akibat sedimentasi alami* yang terus berlangsung dalam beberapa dekade terakhir.

Sebaliknya, fenomena abrasi yang nyata terjadi di *bagian selatan Pulau Jawa*, disebabkan oleh faktor-faktor hidro-oseanografi seperti *arus laut kuat, gelombang besar, dan pergerakan lempeng tektonik*. Oleh karena itu, klaim bahwa pagar laut di PIK 2 didirikan sejak 1982 karena abrasi adalah *informasi yang direkayasa untuk kepentingan reklamasi dan bisnis properti*.

_Masyarakat perlu memahami fenomena ini dengan pendekatan ilmiah dan data empiris agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan._

Share :

Baca Juga

Artikel

Puasa dan Optimalisasi Gelombang Otak: Gerbang Menuju Kejernihan Pikiran dan Kreativitas Tinggi

Artikel

Kekerasan Pada Anak, Psikolog Nirma: Penyebabnya Warisan Antargenerasi

Artikel

Ciri-Ciri Orang Cerdas Secara Psikologis dalam Perspektif Islam

Artikel

Manuver Politik Memanas: Jokowi dan Oligarki Mulai Tekan Prabowo

Artikel

PANEMBAHAN PALEMBANG: JEJAK SANG PENGUASA MARITIM YANG TERLUPAKAN, BANGKITKAN KEBANGGAAN MELAYU NUSANTARA

Artikel

“Prabowo, Jokowi, dan Badai Politik: Antara Harapan, Kekecewaan, dan Jalan Menuju Indonesia Emas 2045”

Artikel

Menjawab Polemik TNI di Kampus dengan Narasi Damai dan Kolaboratif

Artikel

Api Timur Tengah, Asap Sampai Nusantara