Oleh : Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.
Indonesia saat ini berada di persimpangan sejarah. Di satu sisi, kita dikaruniai kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keberagaman budaya yang luar biasa, dan posisi geostrategis yang diperhitungkan dunia. Namun di sisi lain, rakyat masih banyak yang terjebak dalam belenggu kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakberdayaan struktural.
“Manifesto Kebangsaan Seri Kedua” hadir sebagai kompas peradaban. sebagai panduan kebangsaan yang menjawab pertanyaan paling mendasar : Untuk siapa negara ini dibangun..? Untuk siapa kekuasaan dijalankan..? Dan untuk siapa sumber daya negeri ini dikelola..?
Seri kedua ini mengangkat satu tema utama : Rekonstruksi Paradigma Berbangsa dan Bernegara. Kita tidak hanya perlu mengganti orang di tampuk kekuasaan. Lebih dari itu, kita harus mengganti cara berpikir tentang kekuasaan itu sendiri.
Di dalam Manifesto ini, ditunjukkan dengan terang bahwa tulang punggung negara modern bukan hanya kekuatan politik dan ekonomi, tetapi sinergi antara tiga pilar utama bangsa :
• WILAYAH dan SDA yang menjadi landasan fisik dan kekayaan alam negeri
• RAKYAT dan SDM sebagai pemilik sah dan tujuan utama pembangunan
• PEMERINTAHAN sebagai pelayan, pengatur, dan penggerak, bukan penguasa yang memperkaya diri
Narasi ini tidak mengawang-awang. Ia menyentuh realitas. Ia menyodorkan solusi. Ia menyatukan gagasan strategis dan arah moral.
Keadilan sosial bukan sekadar amanat konstitusi — ia adalah hutang sejarah.
Indonesia tidak boleh lagi menjadi negeri kaya yang rakyatnya menderita. Manifesto ini menegaskan bahwa kedaulatan sumber daya harus berpihak kepada kesejahteraan rakyat, bukan konglomerasi atau kekuatan asing.
Diperlukan keberanian politik, kejernihan intelektual, dan semangat kebangsaan yang otentik — dan semua itu telah dituangkan dalam rumusan-rumusan strategis yang termuat dalam Manifesto Kebangsaan Seri Kedua ini.
Kepada para pemimpin negeri ini, dengarlah suara ini.
Kepada para mahasiswa dan kaum muda, bacalah dengan mata hati.
Kepada masyarakat luas, pahami dan suarakan gagasan ini — karena inilah suara masa depan Indonesia yang lebih adil, lebih sejahtera, dan lebih bermartabat.
“Manifesto Kebangsaan” bukan sekadar buku. Ia adalah gerakan kesadaran. Ia adalah cahaya perubahan.**)