Dandim Bute Buka Karang Taruna Cup: “Jadilah Generasi Berperan, Bukan Baperan”! Menunduk untuk Mengulurkan Tangan: Kodim 0416/Bute dan Lions Club Salurkan Bantuan untuk Pejuang Bangsa LDII Tutup Perkemahan CAI ke-46 Jambi: Serukan Nasionalisme dan Akhlak Mulia LDII Jambi Dorong Dakwah Lewat Tulisan di Perkemahan CAI ke-46 RPJMD dan Pembangunan yang Berakar pada Kebutuhan Rakyat

Home / Artikel

Selasa, 24 Juni 2025 - 13:47 WIB

Langkah Menuju Neraka Dunia: Kunjungan Menlu Iran ke Moskow Picu Konsolidasi Blok Timur Hadapi AS – Perang Dunia Ketiga Semakin Nyata

Oleh: Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla

MOSKOW, 24 Juni 2025 — Dunia kini berdiri di tepi jurang konflik global. Kunjungan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, ke Moskow pada 22–23 Juni 2025 menjadi penanda baru dari konsolidasi kekuatan Timur dalam menghadapi dominasi geopolitik Amerika Serikat dan sekutunya. Membawa pesan langsung dari Ayatollah Ali Khamenei kepada Presiden Vladimir Putin, kunjungan ini berlangsung dalam konteks yang tak bisa dipisahkan dari tensi militer yang memuncak di Timur Tengah.

Latar Belakang: Serangan Amerika dan Israel ke Iran

Konflik ini bukan muncul tiba-tiba. Sejak sepuluh hari terakhir, dunia menyaksikan eskalasi militer terbuka antara Iran dan Israel, yang diperparah oleh serangan udara Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran. Serangan yang dilakukan tanpa mandat Dewan Keamanan PBB ini dikecam keras oleh Teheran, yang menyebutnya sebagai:

“Agresi militer brutal yang melanggar hukum internasional dan ancaman serius terhadap stabilitas global.”

Serangan itu menjadi katalis bagi Iran untuk mempererat aliansi strategisnya dengan Rusia, sebagai langkah menghadapi tekanan dan dominasi militer dari Barat.

Baca :  Babinsa Pasar Sambangi Toko Sepatu Jelang Tahun Ajaran Baru, Dukung UMKM di Wilayah Binaan

Hasil Diplomatik: Iran dan Rusia Perkuat Aliansi Strategis

Dalam pertemuan yang berlangsung di Kremlin pada 23 Juni, Presiden Vladimir Putin menegaskan dukungan kuat kepada Iran. Secara eksplisit, ia:

Mengutuk tindakan militer AS sebagai “tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan.”

Menyatakan bahwa Rusia akan mendukung Iran, secara politik, ekonomi, dan tersirat secara militer.

Menyusun paket bantuan strategis, yang diyakini mencakup perlengkapan pertahanan dan logistik.

Di sisi lain, Menlu Araghchi menegaskan:

“Kemitraan strategis antara Teheran dan Moskow adalah tiang penyangga stabilitas regional. Kami tidak akan membiarkan kekuatan imperialis membakar kawasan demi kepentingan mereka.”

Konsolidasi Blok Timur: Ancaman Global Bukan Lagi Hipotesis

Lebih dari sekadar pertemuan bilateral, kunjungan ini menjadi sinyal kebangkitan Blok Timur dalam menghadapi poros Barat (AS-NATO-Israel). Negara-negara dengan kedekatan historis, militer, maupun ideologi dengan Iran dan Rusia, perlahan mengambil posisi dalam geopolitik global baru.

Peta Aliansi Pendukung Iran:

Rusia. 6.250 hulu ledak nuklir, rudal hipersonik Avangard dan Kinzhal, S-500, serta kekuatan siber unggul.

Baca :  Babinsa dan Bhabinkamtibmas Kompak Redam Potensi Konflik Sosial di Sungai Ruan Ilir

China. 400 hulu ledak nuklir, kekuatan maritim kuat di Laut China Selatan, dan posisi strategis dalam BRICS+ dan SCO.

Korea Utara. Memiliki rudal balistik antarbenua (ICBM) dan 30–60 hulu ledak nuklir, serta sikap permusuhan terbuka terhadap AS dan Israel.

Pakistan. Sekitar 165 hulu ledak nuklir dan simpati ideologis terhadap Iran sebagai kekuatan anti-Zionis.

Negara lain seperti Suriah, Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, serta Venezuela dan Belarus, menjadi proksi dan pendukung aktif dalam arus geopolitik Timur.

Melanggar Piagam PBB dan Norma Internasional

Langkah sepihak Amerika dan Israel dinilai melanggar:

Pasal 2 Ayat 4 Piagam PBB: “Semua anggota harus menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.”

Konvensi Den Haag dan Protokol Tambahan Jenewa, terutama dalam konteks serangan terhadap fasilitas nuklir sipil.

Diplomasi di Titik Nol: Dunia Menuju Konfrontasi Global?

Kegagalan diplomasi multilateral PBB menjadi nyata. Dunia seolah kembali ke era politik kekuatan dan blokade, seperti yang terjadi sebelum Perang Dunia I dan II. Ketegangan ini menandai bahwa “Perang Dingin Baru” telah berubah menjadi “Perang Panas” yang terbuka, sistemik, dan sulit dikendalikan.

Baca :  Api Timur Tengah, Asap Sampai Nusantara

Kesimpulan: Siapa Menabur Angin, Akan Menuai Badai

Geopolitik dunia berada di titik paling genting dalam dua dekade terakhir. Jika tidak segera dikendalikan, konsekuensinya bisa sangat luas:

Konflik berskala global yang menyeret kekuatan besar.

Krisis energi dan pangan dunia akibat embargo dan blokade.

Runtuhnya sistem ekonomi global akibat disintegrasi pasar dan mata uang.

Sebagaimana pepatah:

“Siapa yang menabur angin, akan menuai badai.”

Kunjungan Menlu Iran ke Moskow adalah lebih dari sekadar diplomasi bilateral — ini adalah lonceng peringatan keras bagi umat manusia: neraka dunia mungkin tidak jauh dari depan mata.

Catatan Redaksi

Redaksi Panorama Global News akan terus mengikuti perkembangan kunjungan strategis ke negara-negara anggota Blok Timur seperti Beijing, Pyongyang, dan Islamabad. Yang terjadi hari ini bukan sekadar konflik kawasan, tapi percikan api dari sebuah perang global baru.

Disiapkan oleh: Redaksi Internasional – Panorama Global News

Berbasis Fakta – Menembus Batas Propaganda

Share :

Baca Juga

Artikel

Pengamat Militer Khairul Fahmi : Kejanggalan Dibalik Drama Penyanderaan Pilot Susi Air

Artikel

Ketua KONI Ideal: Integritas di Atas Ambisi, Prestasi di Atas Politik

Artikel

Ruang Publik di Kota Jambi ‘Melupakan’ [atau] Bahasa Indonesia Tidak Indah Untuk Diucapkan?

Artikel

Paradoks PIK 2: Antara Pengingkaran dan Kenyataan, Siapa yang Bermain di Balik Pagar Laut..?

Artikel

Paradoks Sumber Daya Alam dan Ketertinggalan Infrastruktur Pelabuhan Laut di Jambi: Jalan Terjal Menuju Kesejahteraan

Artikel

Ilusi Perwakilan Rakyat: Membongkar Realitas Legislasi di DPR RI

Artikel

Membuat Media (Siber)

Artikel

Catatan Ketua MPR RI : Menuju Endemi, Ikhtiar Merdeka dari COVID-19