Jayapura – Di bawah langit Jayapura yang cerah, deretan prajurit berseragam berdiri tegap di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kesuma Trikora Waena. Mereka hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Serma Anumerta Jefri Elfradus May, seorang prajurit Kodim 1714/Puncak Jaya yang gugur dalam tugasnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, di balik suasana khidmat dan barisan seremonial itu, tersembunyi kisah duka mendalam dari keluarga yang ditinggalkan almarhum.
Serma Anumerta Jefri Elfradus May meninggal dunia pada usia 31 tahun, meninggalkan seorang istri, Maria Tan Ferre, dan lima anak yang masih kecil. Jefri merupakan korban aksi penembakan yang dilakukan oleh kelompok OPM pada tanggal 15 Agustus 2024 di Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah. Dedikasinya untuk negara kini berakhir dengan penuh kehormatan, namun juga meninggalkan luka yang dalam bagi keluarga yang dicintainya.
Di tengah suara salvo penghormatan, Maria berdiri tegar, meski wajahnya tak bisa menyembunyikan kesedihan. Dengan mata sembab, ia menggenggam erat tangan anak-anaknya yang masih belum sepenuhnya mengerti arti dari kepergian ayah mereka.
Bagi Maria, Jefri bukan hanya seorang prajurit, tetapi juga seorang suami yang penuh kasih sayang dan ayah yang selalu berusaha hadir di tengah keluarganya, walaupun sering harus pergi menjalankan tugas negara.
“Jefri selalu mengatakan bahwa keluarga adalah sumber kekuatannya. Meskipun tugasnya berat dan penuh risiko, dia selalu menyempatkan waktu untuk menelepon kami, memberi semangat, dan menceritakan betapa pentingnya tugasnya menjaga negara ini,” ujar Maria dengan suara bergetar.
Jefri, yang lahir di Sentani pada 1 Juni 1993, dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan penyayang. Di tengah tuntutan profesinya sebagai prajurit TNI, ia selalu berusaha menjaga hubungan erat dengan keluarganya.
Maria mengenang bagaimana suaminya selalu membawa oleh-oleh kecil setiap kali pulang, meski hanya berupa permen untuk anak-anaknya. Bagi Jefri, kebahagiaan keluarganya adalah salah satu motivasi terbesarnya untuk terus bertugas dengan penuh semangat.
Brigjen TNI Achmad Fauzi, S.I.P., M.M., M.H.I., yang memimpin upacara pemakaman tersebut, menyampaikan bahwa upacara kebesaran ini merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan dari pemerintah atas pengabdian Serma Anumerta Jefri Elfradus May selama hidupnya. Ia juga menyampaikan rasa duka mendalam atas kepergian prajurit terbaik ini, yang telah mengorbankan segalanya demi negara dan bangsanya.
“Kepergian almarhum sungguh sangat mengejutkan dan menimbulkan kesedihan yang mendalam bagi kita semua, khususnya bagi keluarga yang ditinggalkan. Namun, sebagai umat beragama, kita harus dapat menerima dengan ikhlas, karena kepergian almarhum sudah menjadi keputusan dan kehendak-Nya,” ujar Brigjen TNI Achmad Fauzi dalam sambutannya, Minggu (18/8/2024).
Ia menambahkan bahwa Jefri adalah salah satu putra terbaik bangsa yang selalu memegang teguh prinsip-prinsip perjuangan dan kesetiaan kepada NKRI. “Kita semua kehilangan seorang prajurit yang berdedikasi, yang telah bekerja keras dalam mengemban setiap tugas negara yang dipercayakan kepadanya,” tambahnya.
Bagi keluarga Jefri, kenangan akan suami dan ayah yang penuh cinta kini menjadi kekuatan baru. Pesan terakhir Jefri kepada Maria, untuk tetap tegar dan saling mendukung apa pun yang terjadi, menjadi pegangan mereka dalam menghadapi masa depan tanpa kehadirannya.
Anak-anak Jefri, yang masih terlalu muda untuk sepenuhnya memahami perpisahan ini, melihat sosok ayah mereka sebagai pahlawan sejati.
Dalam hati mereka, Jefri bukan hanya seorang prajurit TNI yang berani, tetapi juga seorang ayah yang selalu ada dalam doa dan kenangan mereka.
Pemakaman militer ini bukan hanya simbol penghormatan atas pengabdian seorang prajurit, tetapi juga pengingat bagi kita semua akan harga dari sebuah pengorbanan.
Serma Anumerta Jefri Elfradus May telah berpulang, namun dedikasi dan keberaniannya akan terus hidup dalam ingatan bangsa ini. **