JAKARTA – Di tengah regenerasi kepemimpinan TNI AD, dua nama jenderal muda mencuat sebagai simbol lahirnya era baru komando wilayah teritorial Indonesia. Mereka adalah Mayor Jenderal TNI Achiruddin Darojat dan Mayor Jenderal TNI Rudy Saladin—dua Pangdam yang sama-sama merupakan lulusan termuda Akademi Militer (Akmil) angkatan 1997.
Saat ini, keduanya memimpin dua Kodam strategis di Pulau Jawa:
Mayjen TNI Achiruddin Darojat sebagai Pangdam IV/Diponegoro
Mayjen TNI Rudy Saladin sebagai Pangdam V/Brawijaya
Mayjen Achiruddin adalah perwira jebolan kecabangan Infanteri (Kopassus). Kariernya penuh warna: dari pasukan elite Sat-81 Gultor hingga menduduki posisi prestisius sebagai Danpaspampres (Komandan Pasukan Pengamanan Presiden). Ia juga pernah menjabat Wadanjen Kopassus, Dandim 0506/Tangerang, serta Danrem 074/Warastratama dan Danrem 052/Wijayakrama pada tahun 2022.
Latar belakangnya yang kuat di pasukan elite memberikan kredibilitas dalam kepemimpinan teritorial, terutama dalam menghadapi tantangan keamanan di wilayah strategis Jawa Tengah dan DIY.
Sementara itu, Mayjen Rudy Saladin memiliki catatan emas sejak awal karier militer. Lulusan terbaik Akmil 1997 dan penerima Adhi Makayasa, ia dikenal sebagai sosok intelektual sekaligus pemimpin lapangan. Kariernya melesat dari ajudan Presiden Joko Widodo (2019–2021) hingga menjabat sebagai Sesmilpres Kemensetneg pada 2023–2024, sebelum akhirnya dipercaya memimpin Kodam V/Brawijaya di Jawa Timur sejak Juli 2024.
Sebagai jenderal berlatar belakang Kostrad, Rudy memiliki keseimbangan antara kedekatan pada pemerintahan sipil dan kapabilitas tempur militer.
Di tengah dinamika geopolitik dan kebutuhan reformasi militer, kehadiran dua Pangdam muda ini mencerminkan strategi regenerasi TNI AD yang lebih progresif. Dengan usia relatif muda di antara jajaran Mayjen, mereka dipercaya membawa warna baru dalam pola kepemimpinan, strategi komunikasi, dan pendekatan terhadap masalah teritorial.
Dari 15 Kodam di Indonesia, hanya dua saat ini yang dipimpin oleh perwira lulusan Akmil 1997. Selebihnya berasal dari angkatan 1990–1996, menjadikan Achiruddin dan Rudy sebagai benchmark baru dalam kepercayaan pimpinan TNI terhadap generasi yang lebih muda.
“Di tangan pemimpin muda yang berintegritas dan penuh pengalaman seperti mereka, masa depan TNI terlihat lebih adaptif, gesit, dan tetap berakar pada loyalitas serta disiplin militer,” ujar salah satu pengamat militer dari Lembaga Kajian Strategis Pertahanan Nasional (LEKSTRANAS).