Jambi – Di tengah suasana khidmat peringatan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1947, sebuah aksi kecil namun penuh makna berlangsung di Wantilah Pura Indra Giri Lokha, Jalan Lingkar Selatan, Kota Jambi, Sabtu (19/4). Bukan upacara keagamaan atau pawai budaya, melainkan kegiatan donor darah—sebuah bentuk kepedulian yang melampaui batas agama, suku, dan latar belakang.
Salah satu peserta yang mencuri perhatian adalah Kopral Kepala (Kopka) Fajar Dwi Putra, Babinsa Kelurahan Pasir Putih, Koramil 415-10/Jambi Selatan. Dengan mengenakan seragam loreng khas TNI, ia hadir bukan dalam rangka tugas keamanan, melainkan untuk menyumbangkan darahnya—setetes kehidupan bagi yang membutuhkan.
“Setetes darah yang kita donorkan bisa menjadi penyambung hidup bagi orang lain,” ucap Kopka Fajar dengan mata yang jernih penuh ketulusan. “Ini adalah bentuk kebaikan yang nyata dan bisa dilakukan siapa saja.”
Baginya, donor darah bukan sekadar rutinitas medis. Ini adalah bentuk ibadah sosial, tindakan sederhana yang mampu menyentuh hati dan memberi harapan. Ia percaya bahwa setiap kantong darah yang disumbangkan membawa cerita harapan baru bagi pasien-pasien di rumah sakit, bagi anak-anak yang berjuang melawan talasemia, atau ibu-ibu yang kritis pasca persalinan.
Lebih dari itu, ia pun mengingatkan manfaatnya bagi pendonor sendiri. “Tubuh kita memperbarui sel darah, sirkulasi jadi lebih baik, jantung lebih sehat. Tapi yang paling penting adalah hati yang merasa lebih hidup karena telah membantu sesama.”
Dalam perayaan yang identik dengan keheningan dan perenungan ini, Kopka Fajar mengajak semua pihak untuk merenung sejenak—tentang arti hidup, tentang pentingnya peduli pada sesama. Ia ingin donor darah tidak hanya menjadi aksi insidental, tetapi bagian dari gaya hidup yang membumi dan berjiwa sosial.
Kegiatan ini membuktikan bahwa kebaikan bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Bahkan di momen keagamaan yang tenang, denyut kemanusiaan tetap bisa mengalir, lewat setetes darah yang mengandung sejuta harapan.**