Pabung Kodim 0415/Jambi Tinjau Kesiapan Paskibra di Muaro Jambi: “Tugas Kalian Sakral, Jangan Ada Kesalahan” HUT ke-22 PPAD, Ketua DPD Pepabri Jambi: “Semangat Juang Itu Tak Pernah Pudar” Tongkat Komando Korem 043/Gatam Berpindah Tangan, Pangdam II/Sriwijaya: Regenerasi Berjalan Profesional Babinsa Muara Bulian Dukung Rencana Lomba Warga Sambut HUT RI ke-80 Babinsa Perkuat Sinergi Lewat Komsos Bersama Ketua RT di Sungai Putri

Home / Artikel / Portal Militer

Minggu, 20 April 2025 - 20:40 WIB

Menjawab Polemik TNI di Kampus dengan Narasi Damai dan Kolaboratif

Letkol (Purn) Firdaus

Letkol (Purn) Firdaus

Oleh: Letkol (Purn) Firdaus

Kata Pengantar

Sebagai seorang purnawirawan TNI AD semasa dinas pernah bertugas di satuan kewilayahan, baik di satuan Koramil, Kodim maupun Korem, saya menyaksikan langsung bagaimana hubungan antara TNI dan rakyat dibangun di atas dasar kepercayaan, kebersamaan, dan pengabdian. Saya belajar bahwa kekuatan sejati bukan hanya diukur dari alutsista atau strategi militer, tetapi dari kedekatan dengan masyarakat dan kemampuan memahami denyut kehidupan mereka. Dari desa-desa terpencil hingga wilayah perkotaan, saya melihat bagaimana Babinsa menjadi jembatan antara institusi dan warga—termasuk dengan generasi muda di kampus-kampus.

Dalam dinamika zaman yang terus berkembang, muncul kekhawatiran dari sebagian kalangan terhadap kehadiran TNI di lingkungan kampus. Ada yang menyebutnya sebagai bentuk “militerisasi” atau bentuk intimidasi terhadap kebebasan akademik. Namun, sebagai seseorang yang pernah berada di garis depan pembinaan teritorial, saya merasa terpanggil untuk memberikan perspektif yang lebih jernih dan seimbang. Bukan untuk membela institusi secara buta, tetapi untuk menjernihkan pemahaman dan mengajak kita semua membangun narasi yang damai dan kolaboratif.

Tulisan ini saya susun sebagai ajakan untuk melihat kembali akar sejarah perjuangan bangsa, memahami esensi peran TNI dalam kehidupan berbangsa, dan menjembatani kesenjangan persepsi antara dunia akademik dan dunia pertahanan.

Di tengah dinamika zaman yang terus berubah dan kompleksitas tantangan kebangsaan yang semakin beragam, peran generasi muda sebagai agen perubahan tak bisa dipandang sebelah mata. Kampus-kampus di seluruh Indonesia menjadi tempat lahirnya pemikir kritis, inovator, dan calon pemimpin masa depan. Namun, di balik semangat intelektual itu, kita juga menyadari pentingnya membekali mereka dengan kesadaran berbangsa dan bernegara—nilai-nilai yang tak kalah penting dari ilmu pengetahuan itu sendiri.

Di sinilah peran Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya Angkatan Darat, hadir bukan sebagai kekuatan yang menekan atau membatasi, tetapi sebagai mitra strategis dalam membangun karakter kebangsaan. Namun, tak dapat dimungkiri bahwa belakangan ini muncul perdebatan mengenai kehadiran TNI di lingkungan kampus. Narasi negatif bahkan tudingan “militerisasi” mulai bermunculan, menimbulkan kekhawatiran sebagian kalangan. Padahal, jika dicermati dengan hati jernih, sinergi ini sesungguhnya justru menjadi peluang emas untuk memperkuat ketahanan nasional secara menyeluruh.

Artikel ini mencoba menghadirkan perspektif yang lebih utuh dan seimbang, mengurai fakta serta menggugah kesadaran bahwa kemanunggalan TNI dan rakyat, termasuk dunia akademik, bukanlah sesuatu yang patut dicurigai, melainkan dirawat dan dikembangkan sebagai fondasi bangsa.

Baca :  Babinsa Koramil 415-05/Sengeti Hadiri Rapat Koordinasi Desa Suko Awin Jaya

Mengakar dari Sejarah Perjuangan Bangsa

Sejarah bangsa Indonesia adalah kisah perjuangan rakyat bersama Tentara Nasional Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keutuhan negeri ini. Dari masa Revolusi Fisik hingga penumpasan berbagai pemberontakan, TNI selalu berada di garda terdepan bersama rakyat, berjuang tanpa pamrih demi merah putih tetap berkibar. Kemanunggalan TNI dan rakyat bukan sekadar slogan, melainkan warisan sejarah yang telah teruji oleh waktu.

Dalam semangat itulah, TNI hadir di tengah masyarakat, bukan sebagai kekuatan yang eksklusif atau menakutkan, tetapi sebagai bagian dari rakyat itu sendiri. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, “TNI akan selalu berada di tengah-tengah rakyat, karena TNI adalah anak kandung rakyat.” Ini mencerminkan semangat kemanunggalan yang seharusnya kita rawat dan kembangkan bersama.

Selain itu, Jenderal Soedirman juga menegaskan peran sejati TNI, yaitu “Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan keselamatan bangsa.” Pernyataan ini menggambarkan bahwa TNI hadir bukan untuk kepentingan kekuasaan, tetapi untuk memastikan keselamatan dan keamanan rakyat serta menjaga kedaulatan negara. TNI adalah pelindung rakyat, dan bukan kekuatan yang membatasi kebebasan.

Peran Babinsa: Menjaga Harmoni dari Akar Rumput

Salah satu wujud nyata kemanunggalan itu adalah peran Bintara Pembina Desa (Babinsa), yang berada langsung di bawah Komando Kewilayahan (Kodim). Mereka bertugas membina wilayah, menjaga ketahanan desa, serta memperkuat komunikasi sosial dengan masyarakat. Kehadiran Babinsa sangat dirasakan di pelosok-pelosok negeri—mereka hadir saat bencana, membantu pembangunan, mengedukasi warga tentang bela negara, dan menjaga ketertiban sosial.

Di lingkungan kampus, Babinsa hadir bukan untuk mengintervensi, melainkan menjalin kemitraan strategis dalam membina wawasan kebangsaan. Mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa perlu memiliki pemahaman utuh tentang Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Di sinilah Babinsa berperan sebagai sahabat dialog, bukan penguasa ruang diskusi.

Bakti TNI untuk Rakyat

TNI tidak hanya dikenal melalui operasi militer, tetapi juga melalui ragam pengabdian kepada masyarakat. Berbagai program telah dijalankan sebagai bentuk komitmen TNI dalam mewujudkan kesejahteraan dan ketahanan sosial masyarakat Indonesia, di antaranya:

1. Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD): Kegiatan ini dilakukan secara terpadu antara TNI dan masyarakat, seperti pembangunan jalan desa, jembatan, rumah ibadah, fasilitas pendidikan, dan lainnya. TMMD menjadi bukti konkret bahwa TNI hadir untuk membantu percepatan pembangunan di daerah terpencil.

Baca :  Dandim 0416/Bute Ajak Mahasiswa PMII Jadi Generasi Berperan, Bukan Baperan

2. Program Manunggal Air: Program ini bertujuan untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang kekurangan akses air bersih. Ini menunjukkan komitmen TNI AD dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

3. Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH): TNI bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk merenovasi rumah-rumah warga yang tidak layak huni menjadi tempat tinggal yang aman dan sehat.

4. Program Penghijauan dan Ketahanan Lingkungan: Melalui penanaman pohon di berbagai wilayah, TNI berkontribusi dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan mengatasi dampak perubahan iklim. Program ini juga melibatkan siswa sekolah dan masyarakat umum.

5. Kegiatan Bakti Sosial: TNI secara rutin mengadakan kegiatan bakti sosial, seperti pengobatan gratis, donor darah, pembagian sembako, layanan kesehatan keliling, sunatan massal, hingga bantuan tanggap bencana. Semua ini menunjukkan sisi humanis TNI yang sangat dekat dengan rakyat.

Menjawab Polemik TNI di Kampus

Polemik terkait kehadiran TNI di kampus seharusnya dilihat dalam konteks kerja sama yang sah dan terstruktur, bukan sebagai bentuk represi. Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, telah menegaskan bahwa keterlibatan TNI di lingkungan kampus selalu dilakukan atas dasar permintaan atau undangan resmi dari pihak kampus itu sendiri. Tujuannya pun jelas: memperkuat karakter mahasiswa dan membumikan nilai-nilai kebangsaan.

Contoh nyata terjadi di Universitas Indonesia, di mana pertemuan antara Dandim dan mahasiswa berlangsung secara informal atas dasar undangan pribadi. Sementara di Semarang, kehadiran Babinsa hanya terbatas di luar pagar kampus sebagai bagian dari tugas pengawasan wilayah rutin, bukan instruksi operasi khusus.

Narasi militerisasi yang digaungkan sebagian kalangan jelas terlalu berlebihan. TNI tidak mungkin dan tidak akan masuk ke ranah akademik tanpa dasar hukum dan kerja sama yang sah. Justru, kolaborasi seperti ini perlu dirawat agar menjadi jembatan antara pemikiran intelektual dan semangat pengabdian pada bangsa.

Di tengah derasnya arus tudingan terhadap keterlibatan TNI di kampus, kita juga perlu menengok kembali bagaimana para pemimpin TNI masa lalu menyikapi dinamika pemikiran generasi muda. Salah satu contoh yang sangat relevan adalah pernyataan Jenderal Ahmad Yani pada tahun 1963, ketika wacana pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mulai mencuat.

Kala itu, desakan untuk membubarkan HMI datang dari kelompok-kelompok politik tertentu yang menuduh HMI sebagai organisasi kontra-revolusi. Namun Jenderal Ahmad Yani dengan tegas menolak tekanan tersebut. Dalam sebuah pernyataannya yang terkenal, ia menyampaikan:

Baca :  Danramil Sebapo Hadiri Rapat Persiapan HUT RI ke-80 di Kecamatan Mestong

Kalau HMI dibubarkan, maka TNI yang akan memelihara anak-anak HMI.”

Pernyataan ini bukan hanya menunjukkan keberanian moral seorang prajurit, tetapi juga menggambarkan bagaimana TNI memandang pentingnya keberagaman dan kemandirian pemikiran dalam tubuh bangsa Indonesia. Jenderal Ahmad Yani memahami bahwa mahasiswa, termasuk yang tergabung dalam HMI, adalah bagian dari kekuatan moral bangsa yang harus dirangkul, bukan ditekan.

Sikap ini sejalan dengan semangat TNI sebagai pelindung rakyat dan penjaga kedaulatan, bukan sebagai kekuatan politik yang menyingkirkan perbedaan. Dalam konteks kekinian, pernyataan ini menguatkan bahwa kehadiran TNI di lingkungan kampus bukan untuk mengekang kebebasan intelektual, tetapi untuk merawat dialog kebangsaan yang sehat dan konstruktif.

TNI dan Rakyat: Dua Entitas yang Tak Terpisahkan

Dalam perjalanan panjang bangsa, TNI dan rakyat adalah dua entitas yang saling melengkapi. Tidak ada TNI tanpa rakyat, begitu pula sebaliknya. Dalam semangat demokrasi, TNI menghormati kebebasan akademik dan kebebasan berekspresi mahasiswa selama tetap berada dalam koridor konstitusi dan menjaga keutuhan NKRI.

TNI hadir bukan untuk membatasi ruang kritis, melainkan untuk memastikan bahwa semangat itu tetap berpijak pada nilai-nilai kebangsaan. Kampus bukan hanya tempat mencetak sarjana, tetapi juga tempat membentuk watak kebangsaan yang kokoh, kritis namun cinta tanah air, bebas namun bertanggung jawab.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Ir. Soekarno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.” Maka, sudah sepantasnya kita menghargai dan memperkuat sinergi antara TNI dan dunia akademik sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa TNI dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Penutup: Mari Bangun Kolaborasi, Bukan Kecurigaan

Sudah saatnya kita mengubah narasi dari kecurigaan menjadi kolaborasi. Menjadikan kampus dan TNI sebagai mitra strategis adalah langkah maju dalam membangun ketahanan nasional yang menyeluruh—baik secara fisik, intelektual, maupun moral. Generasi muda tidak hanya butuh ilmu pengetahuan, tapi juga teladan pengabdian dan cinta tanah air.

Mari bersama-sama menjaga kemanunggalan yang telah diwariskan oleh sejarah perjuangan bangsa. TNI bukan musuh kebebasan, melainkan sahabat kemajuan. Dalam semangat gotong royong, kita semua bertanggung jawab menjaga Indonesia agar tetap damai, kuat, dan bersatu.**

Share :

Baca Juga

Portal Militer

Program MBG Terus Meluas di Jajaran Korem 081/DSJ, Mampu Sasar 23.380 Pelajar

Portal Militer

Danrem 043/Gatam Apresiasi Kolaborasi TNI, POLRI, dan Pemerintah Provinsi Lampung dalam Penandatanganan NPHD

Portal Militer

Bangun Sinergi Lewat Komsos, Babinsa Telanaipura Perkuat Stabilitas Wilayah

Portal Militer

Babinsa Koramil Jambi Selatan Hadiri RAT Koperasi LKM-A untuk Dukung Petani Agribisnis

Portal Militer

Danrem 043/Gatam Resmi Dilantik sebagai Dewan Kehormatan PMI Lampung Masa Bakti 2025–2030

Portal Militer

Peduli Petani, Babinsa Nipah Panjang Tinjau Lahan dan Ingatkan Keselamatan Kerja

Portal Militer

Babinsa Mekar Sari Latih Jasmani Siswa SMKN 5 Puding, Tanamkan Disiplin Sejak Dini

Portal Militer

Dandim 0416/Bute Beri Motivasi kepada Capaska HUT RI ke-80: “Tanamkan Semangat Juang dan Cinta Tanah Air”