Ketua DPD Pepabri Jambi Tegaskan Pentingnya Menghargai Jasa Veteran dalam Peringatan HARVETNAS Ketua DPD Pepabri Jambi: Kami Hadir untuk Menghidupkan Api Perjuangan Langkah Bersama TNI di Batulelleng: Jalan Baru untuk Harapan Baru Danrem 042/Gapu dan Komisi I DPR RI Bahas Strategi Pertahanan dan Pembangunan Jambi Cegah Api Sebelum Muncul, Danrem 042/Gapu Pimpin Pemberangkatan Satgas Karhutla Jambi

Home / Artikel

Kamis, 30 Januari 2025 - 20:17 WIB

Indonesia di Ambang Kebangkitan Maritim: Strategi Menghadang Dominasi Singapura dan Malaysia dengan Hub Port Malahayati dan Kijing

Oleh : Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.

Indonesia memiliki peluang emas untuk merebut kendali jalur logistik Asia Tenggara dengan memanfaatkan posisi strategisnya di Selat Malaka. Dengan akan dioperasikannya Terusan Kra di Thailand, pergeseran besar dalam jalur perdagangan maritim dunia akan terjadi. Jika Indonesia tidak segera bergerak, maka Singapura dan Malaysia akan tetap menjadi pemain utama dalam rantai logistik regional, sedangkan Indonesia hanya akan menjadi penonton.

Namun, ada cara untuk membalikkan keadaan: Indonesia harus membangun dan mengoperasikan dua hub port utama, yaitu Pelabuhan Malahayati di Aceh sebagai Hub Port Barat dan Pelabuhan Kijing di Kalimantan Barat sebagai Hub Port Timur. Dengan strategi ini, Indonesia dapat menguasai alur cargo di Selat Malaka, memangkas dominasi Singapura dan Malaysia, serta menghemat biaya logistik nasional hingga Rp. 4 triliun per tahun.

Mengapa Pelabuhan Malahayati dan Kijing..?

1. Pelabuhan Malahayati : Benteng Pertama di Ujung Barat Indonesia

Pelabuhan Malahayati di Aceh memiliki potensi besar untuk memotong jalur cargo yang datang dari Asia Barat dan Eropa sebelum mencapai Singapura. Dengan menjadikan Malahayati sebagai Hub Port Barat, Indonesia bisa menarik kapal-kapal besar (Motor Vessel) untuk singgah dan menurunkan muatan di Aceh sebelum melanjutkan perjalanan ke Terusan Kra dan China.

Baca :  Api Timur Tengah, Asap Sampai Nusantara

Keuntungan strategis :

✅ Menekan ancaman penyelundupan di Pantai Timur Sumatera (PTS), karena semua cargo ke Indonesia sudah turun di Malahayati.

✅ Menguasai distribusi barang ke Malaysia, karena cargo ke Malaysia bisa diturunkan di Malahayati terlebih dahulu.

✅ Menghidupkan jalur transportasi multi-moda, baik jalur laut (Aceh–Meulaboh–Sibolga–Teluk Bayur–Bengkulu–Lampung) maupun jalur darat via tol dari Aceh hingga Palembang.

2. Pelabuhan Kijing: Menjadi Penguasa Logistik di Asia Timur

Di sisi timur, Pelabuhan Kijing di Kalimantan Barat akan menjadi titik utama untuk menangkap cargo dari Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, China) dan Amerika Serikat sebelum masuk ke Terusan Kra. Semua cargo yang ditujukan untuk Indonesia dapat diturunkan di sini, termasuk barang untuk Malaysia dan Singapura, yang justru bisa kita kendalikan distribusinya.

Baca :  Di Sela Peninjauan Opla, Danrem 042/Gapu Tinjau Posko Manggala Agni di Berbak

Keuntungan strategis :

✅ Menekan ketergantungan pada Pelabuhan Singapura, karena cargo Indonesia sekitar 60 % – 70 % tidak perlu transit lagi di sana.

✅ Menegakkan asas Cabotage, sehingga kapal berbendera Indonesia bisa lebih berdaulat di jalur logistik nasional.

✅ Menekan biaya logistik nasional, karena dengan volume 7 juta TEUs per tahun, penghematan bisa mencapai Rp. 4 triliun per tahun.

✅ Meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri, karena barang ekspor dan impor bisa langsung dikonsolidasikan di Kijing tanpa harus melewati negara lain.

Misi Besar: Menjadikan Indonesia Pemain Utama Logistik Asia

Setelah membaca buku ”Paradoks Indonesia” dan ”Strategi Transformasi Bangsa” karya Presiden Prabowo Subianto, semakin jelas bahwa Indonesia harus menjadi pemain utama dalam rantai logistik global, bukan sekadar boneka pelabuhan Singapura dan Malaysia.

Strategi membangun Hub Port Malahayati dan Kijing adalah implementasi nyata dari visi menjadikan Indonesia sebagai Macan Asia*. Dengan menguasai jalur cargo di Selat Malaka, kita bisa menarik pusat perdagangan global ke Indonesia, mengubah peta ekonomi kawasan, dan mengakhiri dominasi pelabuhan negara tetangga.

Baca :  Langkah Menuju Neraka Dunia: Kunjungan Menlu Iran ke Moskow Picu Konsolidasi Blok Timur Hadapi AS – Perang Dunia Ketiga Semakin Nyata

Jika strategi ini berjalan, maka :

✅ Kantor-kantor dagang yang selama ini berbasis di Singapura bisa dipindahkan ke Aceh dan Pontianak.

✅ Singapura hanya akan menjadi kota wisata, bukan lagi pusat logistik utama.

✅ Ekonomi Indonesia akan tumbuh pesat dengan peningkatan aktivitas perdagangan dan industri di kedua hub port.

Saatnya Bergerak: Jangan Menjadi Bangsa Pecundang..!

Indonesia harus melihat Terusan Kra bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang besar untuk merebut dominasi jalur perdagangan Asia Tenggara. Jika kita tidak segera bertindak, maka selamanya kita akan berada di bawah bayang-bayang Singapura dan Malaysia.

Tidak ada pilihan lain : Bangun dan operasikan Hub Port Malahayati dan Kijing sekarang juga..!

Jangan biarkan negara ini terus menjadi tempat transit barang bagi negara lain. Saatnya Indonesia bangkit, menguasai jalur perdagangan maritim, dan benar-benar menjadi bangsa maritim yang berdaulat..! Kita BISA..!

Salam Kebangsaan..

Share :

Baca Juga

Artikel

Budi Setiawan, Milenial dan Kota Jambi BerBudi 2024

Artikel

Polemik Pagar Laut: Hiro Taime dan Soleman Ponto Minta Ketegasan Penegakan Hukum

Artikel

Ketua KONI Ideal: Integritas di Atas Ambisi, Prestasi di Atas Politik

Artikel

Jambi dan Desain Besar Sawit–Kelapa–Karet: Antara Rencana Strategis dan Realita

Artikel

Ini Budi

Artikel

Diamnya Orang Baik: Sebuah Renungan Tentang Kezaliman

Artikel

Puasa dan Ketajaman Fokus serta Intuisi: Rahasia Pencerahan Para Nabi dan Ilmuwan

Artikel

Dahulukan “BerBudi”, Sejahtera dan Bahagia Akan Mengikuti