SRIWIJAYADAILY.COM – Aula Tugu Juang di Kota Jambi, Rabu pagi, 6 Agustus 2025, dipenuhi para purnawirawan TNI Angkatan Darat. Mereka berkumpul bukan sekadar bernostalgia, tetapi meneguhkan kembali semangat pengabdian dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-22 Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD).
Di tengah deretan kursi, hadir Ketua DPD Pepabri Provinsi Jambi, Kolonel (Purn) Bunadi. Dalam kesempatan tersebut, ia menggarisbawahi satu hal penting: pengabdian tak pernah mengenal kata pensiun.
“Saya menyaksikan sendiri hari ini bahwa pengabdian itu tidak mengenal kata berhenti,” ujar Bunadi usai acara. “Semangat juang para purnawirawan tetap menyala. Inilah jati diri prajurit sejati.”
Tema peringatan kali ini, “PPAD wujudkan kesejahteraan purnawirawan, perkokoh persatuan, dan sukseskan program Asta Cita bersama TNI Angkatan Darat” —bagi Bunadi bukan sekadar kalimat seremonial. Ia menyebut tema itu sebagai kristalisasi nilai dan misi organisasi purnawirawan dalam menjaga soliditas, nilai-nilai kebangsaan, serta kiprah sosial kemasyarakatan.
Acara yang berlangsung khidmat ini turut dihadiri Irjen Pol (Purn) Drs. Bambang Suparsono selaku Ketua PP Polri Provinsi Jambi, perwakilan TNI dan Polri aktif, pengurus LVRI, serta unsur Pemerintah Provinsi Jambi. Selain pemotongan tumpeng dan ramah tamah, kegiatan ini juga dirangkai dengan pengukuhan para Ketua DPC PPAD kabupaten/kota se-Provinsi Jambi.
Sebagai Ketua DPD Pepabri, Bunadi mendorong penguatan kolaborasi antarorganisasi purnawirawan di bawah Keluarga Besar TNI. Ia menilai, PPAD memiliki posisi strategis sebagai jembatan pengabdian lanjutan dan penjaga nilai-nilai kebangsaan.
“Organisasi ini mesti menjadi wadah berbagi pengalaman dan menyalakan semangat nasionalisme kepada generasi muda,” katanya.
Di ujung pernyataannya, Bunadi mengutip pesan sang pendiri PPAD, Jenderal TNI (Purn) Widjojo Soejono. Sebuah kalimat yang telah menjadi semacam mantra dalam tubuh PPAD:
“Perjuangan baru akan berakhir ketika aku sudah tidak bisa mendengar tembakan salvo di telingaku.”
Dan pagi itu di Tugu Juang, gema perjuangan itu terdengar jelas—bahwa pengabdian tak pernah benar-benar berakhir. (Jt54)