SRIWIJAYADAILY.COM – Matahari belum sepenuhnya naik ketika Serda Anhar Juniko melangkah masuk ke lorong kecil RT 04, Kelurahan Budiman, Kecamatan Jambi Timur. Ia bukan hendak berpatroli atau menyampaikan instruksi, melainkan untuk mendengar. Bersama Bapak Bhabinkamtibmas dan beberapa warga lainnya, ia memulai sebuah percakapan yang jauh dari formal: komunikasi sosial atau yang akrab disebut Komsos.
“Sudah sepatutnya kita dekat dengan seluruh lapisan masyarakat agar keberadaan kita benar-benar berdampak positif,” ucap Babinsa dari Koramil 415-11/Jambi Timur itu, Minggu, 3 Agustus 2025.
Komsos bukan kegiatan seremonial. Dalam konteks pertahanan negara modern, komunikasi adalah bagian penting dari strategi non-militer. Sebab keamanan lingkungan bukan hanya soal ancaman fisik, tapi juga soal bagaimana sebuah komunitas merasa dilibatkan, dipahami, dan dilindungi.
Bersama Bhabinkamtibmas, Serda Anhar membuka dialog tentang isu-isu kecil yang punya dampak besar: pencurian ringan, anak muda yang mulai nongkrong hingga larut malam, dan keluhan warga soal lampu jalan yang mati. Bagi sebagian orang, itu mungkin hal remeh. Tapi dalam dunia teritorial, ini adalah sinyal yang perlu direspons dini.
“Kalau ada sesuatu yang janggal, kami minta warga jangan ragu sampaikan. Sekecil apapun, bisa jadi pemicu besar kalau tidak ditangani sejak awal,” katanya.
Melalui pendekatan seperti ini, Babinsa membangun kepercayaan, bukan hanya pengawasan. Komsos menjadi cara untuk menghapus sekat antara masyarakat dan aparat—mengubah citra dari pengontrol menjadi pengayom.
Di tengah dinamika sosial yang terus berubah—urbanisasi, kemiskinan, hingga potensi konflik horisontal—peran Babinsa menjadi semakin strategis. Mereka adalah mata dan telinga TNI di lapangan, sekaligus tangan yang membantu mengurai masalah warga sebelum membesar.
Kegiatan di Kelurahan Budiman bukan hanya rutinitas, tapi bagian dari early warning system sosial. Dengan membangun relasi yang hangat, sinyal-sinyal gangguan keamanan bisa ditangkap lebih awal dan ditangani dengan pendekatan kemanusiaan, bukan represif.
“Babinsa bukan hanya penjaga, tapi mitra dan sahabat warga,” tegas Serda Anhar.
Apa yang dilakukan Serda Anhar Juniko hari itu mungkin tak masuk berita utama. Tapi di situlah kekuatan sebenarnya: dalam kesenyapan lorong-lorong perkampungan, benih keamanan nasional ditanam satu obrolan demi satu obrolan. Bukan dengan senjata, tapi dengan kehadiran, empati, dan telinga yang siap mendengar. (Jt54)